Ujian nasional atau disingkat UN telah menjadi sebuah agenda tahunan pelajar menengah yang ditetapkan
pemerintah dengan alasan standarisasi. Pengorbanan pelajar yang dilakukan mulai dari waktu, fisik,
mental, dan materilnya selama tiga tahun hanya seperti persyaratan saja karena
semuanya hanya ditentukan oleh masa ujian nasional.
Kalau pemerintah berniat melakukan seleksi sebaiknya tidak dengan ancaman ataupun tekanan
mental karena setiap manusia memiliki kemampuan
yang berbeda-beda.
Menempuh kelulusan membuat pelajar takut
kepada ujian melebihi takut kepada tuhannya. Banyak
hal yang
ditempuh pelajar untuk bisa lulus. Hal
ini pun dimanfaaatkan oleh perusahaan-perusahan yang mencari keuntungan mulai
dari menjual buku panduan sampai les yang memakan biaya
yang lumayan besar. Bahkan yang lebih parah lagi, pihak sekolah yang tidak lagi
mempercayai muridnya sehingga mereka memberikan kunci
jawaban ataupun bocoran soal.
Pemerintah yang ingin meningkatkan kualitas
generasi penerus bangsa seharusnya memikirkan hal semacam ini. Bukannya membuat
setiap generasi muda menjadi berlomba untuk berkarya, mereka malah membuat
generasi muda menjadi manja. Seharusnya, pendidikan
Indonesia dikembalikan kepada hukum primitifnya yakni sebagai sarana mencari ilmu. Ilmu yang didapat biarkanlah
pelajar yang menentukan sesuai dengan apa yang dia butuhkan untuk masa
depannya. Seluruh lingkungan juga harus lebih menghormati dan menghargai apapun
karya mereka agar motivasi tetap tumbuh dan
berkurangnya sampah
masyarakat di Indonesia tercinta ini.
Namun, yang pasti ujian nasional 2014 akan tetap
dilaksanakan. Kita tidak boleh lengah menghadapinya hanya karena ketidaksukaan
kita terhadap pelaksanaan ujian nasional ini. Kita harus tetap belajar, berjuang, berdoa dan berikhtiar dengan tetap
menjunjung kejujuran. Anggaplah ujian nasional ini
sebagai langkah awal kita meraih cita-cita dalam
membangun Indonesia yang lebih maju.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar